Deli Serdang, mediatribunsumut.com
Proyek pembangunan Bendung Serdang di Kab Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara ( Sumut ) menyimpan misteri, pasalnya pihak pengelola ” seolah cuci tangan ” sementara para petani resah air tak mengalir ke sawah.
Kepada mediatribunsumut.com kepala Unit Operasional Pemeliharaan Bendung Serdang Balai Wilayah Sungai ( BWS ) Asmid di ruang kerjanya pada ( 25/10 ) mengatakan hanya bertanggung jawab mengoperasionalkan Bendung Serdang serta pemeliharaan asset di area Bendung Serdang.
Bukan kami tidak mau mengoperasionalkan Bendung Serdang, karena pembangunannya belum selesai, ujarnya.
Sudah banyak pihak yang datang mendesak agar ini difungsikan, namun belum bisa, sudah diuji coba, ternyata salah satu desa jadi ke-banjiran, inilah kendalanya, tegas Asmid.
Kabarnya pihak Irigasi dan Rawa I Lubuk Pakam sedang mengupayakan pembebasan lahan sepanjang dua ( 2 ) km, lebih jelasnya silahkan tanya kepada pihak Rawa I, ujarnya.
Di hari yang sama mediatribunsumut.com mendatangi kantor Irigasi dan Rawa I di Lubuk Pakam, Tina salah seorang staf di kantor tersebut mengarahkan konfirmasi kepada Plt Sandri yang berwenang memberikan penjelasan.
Sayangnya, Sandri saat dikonfirmasi via whatsApp pada ( 26/10 ) malah mengatakan belum paham soal proyek pembangunan Bendung Serdang lantaran baru dua ( 2 ) berdinas.
Jadi, mohon dimaklumi karena belum tau kegiatan disini seperti apa, sebutnya.
Sementara PPK pembebasan lahan atau tanah Iran Suryanto telah dikonfirmasi via whatsApp pada ( 26/10 ) belum ada tanggapan.
Sementara para petani makin resah karena pompanisasi sudah tidak dapat digunakan.
Kami para petani di Segitiga terpaksa menggunakan air bos untuk mengairi sawah, hasilnya tidak maksinal, kata Saragih.
Belakangan ini air makin sulit, bahkan hampir gagal panen, bayangkan satu rante hanya hasilnya dua goni Padi, keluh Saragih.
Belum lagi masalah pupuk, untuk mendapatkan pupuk beraubsidi PPL membuat aturan baru, yang menyulitkan para petani, karena para petani di desa ini menyewa lahan persawahan, bukan pemilik lahan, keluhnya. ( SL / IWO )